Satu, satu, dua, tiga, lima, delapan, tiga belas, dua puluh satu, dan seterusnya, dan seterusnya. Angka selanjutnya dalam sekuens itu adalah hasil penjumlahan dua angka di belakangya. Jadi, urutan sekuens ke 100 adalah hasil penjumlahan dari urutan ke 98 dan 99. Begitu juga dengan urutan-urutan selanjutnya.
Atau urutan sebelumnya.
Jika kita bayangkan bahwa urutan pertama adalah aku, apa yang ada di urutan ke lima? Aku, aku, kamu, kita, kita dan satu anak kita. Urutan kelima adalah kita dan satu anak kita. Apa yang ada di urutan ke seratus? Apakah akan menjadi seperti silsilah keturunan Adam dan Hawa? Mari kita coba sederhanakan menjadi sebuah formula matematis.
ika nomor urutnya adalah F dan urutan sekuensnya adalah x, Aku (F) ada di urutan pertama. Jadi Aku adalah F1. Kamu adalah F3, kita adalah F4, dan seterusnya. Kita coba cari F100 dari urutan sekuens tersebut. Sulit. Tidak bisa menjadi sederhana. Sulit, karena jarak antara urutan tersebut akan sama dengan jarak normal urutan sekuens awal: satu, satu, dua, tiga, seterusnya. Jadinya akan seperti lingkaran sempurnya. Terus berjalan sampai ketidak-terbatasan.
Nah, mari kita berpegangan tangan. Bayangkan bahwa panjang tangan kita yang berpegangan ini adalah diameter lingkaran tersebut.
Kita dekatkan diri kita. Semakin sempit. Panjang diameter berkurang. Tetap saja menjadi lingkaran.
Bahkan sampai kita cukup dekat untuk aku memelukmu. Tetap menjadi lingkaran.
Sampai tubuh kita bersentuhan, dan bibirku bisa menyapa bibirmu dengan ciuman. Tangan kita tetap menjadi diameter lingkaran. Sampai kita merasa tidak berjarak. Dari lingkaran yang terlihat sampai jadi titik.
Sekuensnya tidak berubah: Satu, satu, dua, tiga, lima, dan seterusnya. Aku, aku, kamu, kita, kita dan satu anak kita, dan seterusnya.
Radius diameter, seberapa jauh pun itu, dan seberapa rumit pun formula untuk menyederhanakannya, bukan poin utamanya. Asalkan kita berani memperkecil lingkaran sampai akhirnya menjadi titik, Formula jarak akan bisa sederhana.
Yogyakarta, 24 Juli 2012, 22:42 p.m.
diambil dari akun Twitter saya, @luthfinggihmas
hashtag #cerita. Judul asli: "Dua Semesta Kita Dalam Sekuens Fibonacci"
Selasa, 24 Juli 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar