Senin, 27 Desember 2010

Mencoreng Ramayana ( 5 Dari 13 )

Mungkin mereka bukan siapa-siapa, mungkin juga mereka apa-apa
Memikul dunia dengan bahunya dan menginjak derita dengan langkahnya
Meretas kerinduan akan lahirnya sesosok ibu di kaki langit
Belumlah puas rasanya darah, keringat dan air mata keilahian berkelit
Jagoan itu telah datang, Menelan surya menghalang petang

Mereka bukan apa-apa, melainkan siapa-siapa
Siapa yang dituju? Siapa yang ditiru?
Manusia, semua terlalu manusia
Dapatkah manusia melihat tanah yang terjanjikan, seperti halnya Dewata melihat kesucian dalam tubuh manusia yang renta oleh nafsu dan dosa?
Kita tidak memilih. Kita tidak dipilih

Mata mereka tertutup segalanya

Sabtu, 25 Desember 2010

Mencoreng Ramayana ( 4 Dari 13 )

Tanah terpilih berselimut api, api menjilat bekas luka
Kita menantang kelam menghidupi ketakutan di ambang kegagalan
Entah mereka mau mengerti, entah mereka akan mengerti
Terpacu bisu tergulung sunyi terbutakan cahaya sendiri
Dialog antara akal budi dengan nafsu hati ramai bergunjing

Tanah yang dijanjikan, terpisah jembatan menembus cakrawala
Terjurai di atas mega, mempermainkan persepsi
Dia yang datang dari jauh membawa kebaikan melawan sepuluh wajah keburukan
Mereka yang hakiki di dunia dan dia-dia yang terperangkap di khayangan
Perseteruan batin para dewa, apakah relevan dengan keadaan?

Mata mereka mungkin tahu segalanya

Sabtu, 11 Desember 2010

Gerhana Matahari ( 3 Dari 13 )

Jatuh terpuruk tertantang badai, menghela sepi dengan sendiri
kabut bayang terpancang menang kala sepi kini melenggang
Provokatif? Demonstratif? Siapa tahu?
Sudah seribu tahun dirasa lewat
Tanah berseru "Aku yang terpilih!", menyinggung keyakinan

Masih adakah cahaya yang tersisa? Apakah kita tenggelam selamanya?
Dingin mencaci pikiran, menantang bayang tak berujung
Inikah tanah yang dijanjikan? Inikah asa yang kau berikan?
Meringkuk di pojok ruang bertatahkan kuasa dan bahagia
Gelap semakin pekat, tangan terurai

Mata mereka mungkin tahu segalanya

Kamis, 09 Desember 2010

Gerhana Matahari ( 2 Dari 13 )

Jalan panjang merusak harapan, kelak badan remuk redam
Semakin menjadi semakin sendiri sang cahaya terpuruk
Angkat gerbang menuju tanah suci itu! Kita yang tercerahkan akan masuk!
Yang tercerahkan? Yang terjerumus?
Mimpi bukan hanya sekedar wacana kalau di balik itu semua nyata

Cahaya tertutup seluruhnya, kita semua telanjang di hadapannya
Gundah berangsur menjauh dari jalan panjang menuju harapan
Gerhana matahari. Gerhana  matahari. Gerhana matahari
Masih jauhkah lahan yang dijanjikan, O yang mulia?
Sebelah mata tertutup debu, kegelapan datang bagaikan deru

Mata mereka mungkin tahu segalanya

Rabu, 08 Desember 2010

Gerhana Matahari ( 1 Dari 13 )

Kala pandang terhalang cakrawala, asa terbang dari singgasana
Merajut mimpi, melawan sepi, merengkuh sang pemancar cahaya
Timur jauh lama menunggu yang tak jua bersinggah
Pecah. Tumpah-ruah. Kelak remuk redam
Asa mengghilang ditelan bayang

Datanglah, raihlah, ikutilah
Damai rembulan merayap pelan-pelan menguntit sang surya
Apa yang sebenarnya terjadi? Kapan dia jatuh?
Mencabut kehidupan anak cucu Adam dan Hawa
Dari mana?
Mata mereka tahu segalanya

Kamis, 02 Desember 2010

Corat Coret Di kaki Langit

All and all you are just another brick in the wall - Roger Waters


Bagaimana kalau kita coba istirahat sejenak? Bersantai sedikit dan kabur dari realitas tidak ada salahnya juga kan? Itulah yang penulis rasakan dan mungkin akan tertumpah dalam tulisan kali ini. Penulis(atau mungkin lebih tepatnya pengetik?) sudah lumayan capek mungkin dengan kehidupannya yang dirasa monoton. Sudah bosan dengan terus menerus menggali otak dan mengorek ide 24 jam sehari, 7 jam seminggu. Dan juga karena tiba-tiba muncul ide untuk bersantai.

Penulis mencari-cari jalan yang paling enak dan paling bagus untuk bersantai. Setelah penulis berpikir cukup panjang dan mempertimbangkan ini-itu, akhirnya didapatlah satu jalan yang dirasa paling pas. Penulis mencoba untuk duduk sejenak dan melihat ke luar jendela yang sudah lama sekali tidak penulis buka. Melihat amat sangat jauh ke luar jendela. Lalu penulis bermain tebak-tebakan dengan otaknya sendiri. Bagaimana kalau penulis mengubah realita?


Apa yang sebenarnya dilihat oleh penulis dari jendela? Dia melihat pohon, rerumputan, beberapa orang yang berjalan-jalan, langit yang mendung dan juga beberapa detail-detail lain yang kurang penting.

Kurang penting? Kenapa?

Nah, penulis bingung dengan pikirannya sendiri. Kenapa detail-detail yang dilihatnya bisa secara sadar dimasukkan ke dalam kategori "kurang penting"? Apa karena tidak nyambung dengan pemandangan sekitarnya? Apa karena hal-hal tersebut hanya kebetulan saja terlihat oleh penulis? Apa karena penulis itu sendiri? Penulis lalu berimajinasi. Apa yang terjadi kalau detail-detail yang kurang penting tadi dijadikan Point of Interest dalam pandangannya. Detail tersebut menjadi pohon-pohon, detail tersebut menjadi rerumputan, detail tersebut menjadi orang-orang yang sedang berjalan, detail tersebut menjadi langit yang mendung, detail tersebut menjadi hal yang penting.

Paradoks-kah? Bukankah tadi detail-nya telah bertukar tempat?

Penulis kembali ke kenyataan. Penulis merasa dia sudah cukup beristirahat dan bersantai. Goresan senyum kecil tersungging di bibir penulis. Latihan otak untuk hari ini cukup sampai disini. Penulis memang unik, sama seperti sekitar 6 milyar individu lainnya di dunia ini. Dan menjadi unik adalah kelebihan yang paling disadari penulis.

Ingat dengan sebuah pepatah "being unique doesn't mean that you're useful"?

Mereka yang berpikiran seperti itu harus lebih sering meluangkan waktu untuk bersantai :)