Minggu, 31 Januari 2010

Useless, priceless?

Being unique, that's what i'm aiming at.

Work my ass off everyday, fighting with the harsh and fierce environment, trying to be different from the others, avoiding the mainstream, swimming against the current, going too far for mere thrill, so on.

I feel that i'll find my uniqueness.

I am unique.

Then, drowned in that euphoria, a grain of thought came up on the surface.

Being unique doesn't mean that you are useful.

Unique is priceless.

Unique is useless.

Unique.

That's what i am.

And what i am not.

Jumat, 29 Januari 2010

Eagerness

While you're sleeping in the dead of the night, i was running among the dew.
While you're waking up from your sleep, i sprinted with the wind.
While you're stepping out to open the window, i was climbing the rough rock wall.
And while you're starting to do your chores, i jumped onto my bed and sleep.

You ran to chase your bus, i woke from my cold sleep.
You struggled to get into the elevator, i tried to run from bullets.
You entered the realm of assignments, i fought the harsh weather.
And when you finally beat the day, i thanked mother nature for keeping me alive.

Oh, youth and eagerness.

Where have you been these days?

Minggu, 17 Januari 2010

sistem.rusak.KELUAR

Sistem, hanya sistem.
Sistem, hanya sistem.
Sistem, hanya sistem.
SISTEM, HANYA SISTEM.

Berbaris menuju kehancuran.
Berbaris menuju kehancuran.
Kerusakan permanen, ada masalah di kokpit.
Kerusakan permanen, ada masalah di kokpit.

Permanen, permanen.
Permanen, permanen.
Permanen, permanen.
Permanen, permanen.
Permanen, permanen.
Permanen, permanen.
Permanen, permanen.
Permanen, permanen.

KELUAR.

KELUAR.

KELUAR.

KELUAR.

KELUAR.

KELUAR.

KELUAR.

ke luar.

Sabtu, 09 Januari 2010

Tenggelam

Duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja
mengendali kuda supaya baik jalannya

mengambil gitar dan mulai memainkan
sebuah lagu yang semua orang belum tentu tahu

menggarap otak memeras seluruh sel
mencoba mereproduksi semua nada yang terdengar

tenggelam dengan ditemani John Lennon
jangan tarik saya ke permukaan.

Jumat, 08 Januari 2010

Aku bermimpi tentang air hujan

suara langkah kaki menggetarkan lantai. satu, dua, tiga, hmm mungkin sekitar lima orang sedang berjalan dengan cepat. terburu-buru, suara nafas beradu cepat dengan detak jantung, layaknya ada sebuah kekuatan besar yang tak terlihat sedang mengejar. mereka semua sebenarnya bingung dan pusing. Apa sebenarnya yang mengejar mereka? apa yang mengejar mereka? biarpun itu sebenarnya hal yang mudah untuk dicari tahu tetapi mereka tidak punya sedikitpun keberanian untuk menoleh ke belakang walau hanya sebentar saja. satu hal yang sudah pasti mereka tahu adalah salah seorang teman mereka telah mati dimangsa oleh kekuatan yang tak terlihat tersebut. ketakutan akan mati memang membuat mereka takut tetapi ketakutan akan tidak bisa menolong teman mereka untuk lolos dari kematian itu yang membuat mereka semakin takut. keputus-asaan. despair. desperation. sebuah kata yang sangat indah.

aku berdiri di bawah naungan sebuah halte bus yang sepi. sekarang sudah tengah malam. titik-titik hujan yang dingin mengalir melalui tengkukku dan itu rasanya sangat tidak enak. di sini aku menunggu temanku untuk menjemputku dan membawaku pergi ke tempat yang disebutnya utopia. sejujurnya aku malas untuk bergabung bersamanya karena aku sudah menemukan utopiaku sendiri. tetapi, aku masih menyandang gelar SAHABAT baginya. jelas tidak mungkin aku meninggalkan dia sendiri untuk menikmati utopianya. suara rintik air hujan yang mengenai atap halte ini mengingatkanku sedikit akan kehidupan lamaku. sebuah dunia tanpa sosialisasi, sebuah dunia tanpa sahabat, sebuah dunia tanpa orang lain, sebuah dunia tanpa ada apapun selain aku sendiri. masa-masa tersebut sangat indah.

lima orang tadi akhirnya menemukan pintu keluarnya tepat di depan mereka. secercah harapan mereka temukan. akhirnya mereka percaya bahwa Pandora masih menyisakan harapan di dalam kotaknya saat dia melepaskan semua keburukan dan mara bahaya ke bumi.

dia akhirnya sampai juga di halte. entah mengapa aku merasa lega. ini bukan diriku yang sebenarnya. tapi, yah, aku menyukainya. jika ini semua hanyalah mimpi aku tidak akan keberatan. sekedar menyegarkan pikiran dari dunia nyata memang sangat menyenangkan.

Kamis, 07 Januari 2010

Segregasi dalam prinsip dasar bisa membunuh

Justru dalam pemikiran yang paling mendasar pun ada ketidak kompakan. kebingungan semakin menjadi dengan adanya kebingungan untuk memilih pihak mana yang akan diikuti. Apakah A? Apakah B? Apakah C? masih mungkin bukan jika ada lagi fraksi-fraksi yang akan muncul dari kebimbangan tersebut?

Paham nomor satu adalah Kesendirian. Solitary. memancing keributan hanya karena tidak senang dengan adanya orang lain yang bisa menduduki posisi dirinya dalam dirinya sendiri. Berusaha kuat dengan melawan arus. Berusaha beda dengan bermain api. Berusaha tegar dengan menantang maut. itulah prinsip dasar yang pertama. Paham yang bagus, memang. Tapi, mengapa masih ada yang bisa melawan dominasinya yang notabene merupakan basic trait dari pikiran ini. Apakah saya akan menyinggun kelemahannya? ataukah malah karena kedigdayaannya justru kita bisa menyainginya?

Setelah lama terlena dengan kesendirian muncullah rasa ingin bersosialisasi. Jenuh dengan kebiasaan yang semakin lama mengikis moral dan membuat otak berkapur. menjadi lebih memikirkan another wolves in the wolfpack. Ini sangat membahayakan bagi kesendirian tadi. kehadiran subjek lain yang menginterupsi keasyikan membuat keadaan otak menjadi galau. Menghabiskan waktu dengan subjek itu terasa lebih menyenangkan daripada menenggelamkan diri dalam kesibukan menggambar di tepi sungai maupun memikirkan aransemen lagu di beranda. Kacau. Semua menjadi kacau. menjadi campur aduk.

Lalu kenapa bisa membunuh? Saat muncul situasi yang membutuhkan peran dari keduanya, saat itulah mereka saling membunuh dan menyerang. Beradu kepentingan. Tidak bisa mereka merelakan yang lain untuk mengambil alih. Satu untuk semua, semua untuk satu. Dan pada akhirnya yang lainnya lah yang mengambil alih kekuasaan dan mengacaukan presensi keduanya sampai tiba waktunya mereka membangun kekuatan dan kembali memecah konflik.

Tidak ada yang tersisa kecuali kehancuran. Semua hancur. Kepribadian yang lama muncul kembali. Tidak berperasaan, tak bermoral, tak peduli, tidak memikirkan apa-apa. Yang ditinggalkan merasa terluka, dan yang meninggalkan merasa bangga. Apa saya perlu pergi ke psikiater?