Rabu, 27 Mei 2009

Kadang Hidup Itu Kurang Adil

Waktu itu revolusi hidup belum terjadi. Semuanya seakan-akan masih terbuat dari emas. Menunjuk ke segala arah sambil menertawai hal-hal yang saya anggap lucu, tidak sejalan, maupun memalukan. Angin dunia tidak pernah benar-benar berhembus kesini maka tetes air diatas daun itu tidak jatuh.

Semuanya akan berubah, termasuk kehidupan. Kehidupan saya pun tidak luput dari penjangnya tangan dari perubahan yang maha dahsyat itu. Tidak luput. Saat itu dia datang dan mengguncang seluruh dunia saya. Dari A ke Z, Kutub utara ke selatan, hitam jadi putih dan putih jadi hitam. Bahkan batu karang yang kerasnya tertempa selama ribuan sampai jutaan tahun pun akan kalah oleh tetesan konstan air hujan yang murni.

Hidup terasa lebih indah. Tadi emas sekarang Permata. Sensasi bertambah dua kali lipat. memang ada perselisihan sedikit. sedikit. sedikit. sedikit. Pada masa-masa indah itu saya merasa bahwa saya adalah makhluk hidup yang paling beruntung di dunia. seekor tikus yang lolos dari cakar tajam kucing pun akan iri melihat kedigdayaan saya masa itu.

Dan ternyata itu semua hanyalah kesenangan kosong.

Saya memang tidak ditakdirkan untuk hidup bersama.

Saya memang ditakdirkan tidak untuk hidup bersama orang lain.

Segala kepercayaan dan cinta saya anggap seperti angin lalu.

Saya dibekali keahlian dari sewaktu saya kecil, yang bahkan saya tidak bisa meninggalkannya di saat saya menjalani hubungan dengan siapa saja.

Keahlian itu adalah mempunyai banyak wajah.

Dia terluka tetapi berakting tegar. Dan sayangnya dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya selihai saya. Saya tetap berlaku sebagaimana insting saya menyuruh saya. Jadi saya tidak pernah mengekspresikan perasaan yang sebenarnya. Jahat memang jahat. Tapi itulah kebiasan yang sudah mendarah daging pada saya. That's just me, man.

Janji hampir selalu dipatahkan. Lama kelamaan saya menganggap itu semua sebagai normal.

Sampai saat dia datang lagi. Dia.
Saya sudah terpisah dengan dia untuk waktu yang lumayan lama.
Dia disini bukan dia yang pertama.

Dia menghampiri saya dari jauh.

dan disaat saya sudah berpikir bahwa apa yang saya lakukan adalah benar, dia malah memberikan harapan kosong.

tidak benar-benar kosong sih, tetapi kenapa harapan tersebut baru muncul disaat saya sudah tidak punya kekuatan?



p.s : apakah ini nyata atau hanya buah pikiran iseng saya saja? baca baik-baik sekali lagi dan beri komentar anda.
jawaban anda sangat saya hargai.

Selasa, 19 Mei 2009

Lalu Lintas Padat Penuh Harapan Kosong

Hey, aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Kau orang baru? Kalau begitu sini.. Aku akan menunjukkan daerah sekitar. Kau tahu, aku sudah lama sekali disini. Dulu pepohonan terasa indah dan menyejukkan. Sinar matahari secara tepat menyorotkan sedikit dari anugerahnya kepada seluruh makhluk hidup disini. Tiada yang salah maupun benar. Keharmonisan nyata terasa sangat absolut. Suara tangisan sama langkanya dengan permata ataupun intan biarpun hakikat mereka sangat berlawanan. Udara putih bersih menggantung stabil pada atmosfir. Andai kamu datang lebih cepat. Sudah barang tentu kau akan merasakan utopia masyarakat yang sehari-harinya berkutat dan bergulat dengan tangan-tangan panjang kapitalisme.

Mari ikut aku. kita berteduh di bawah pohon yang menyimpan memori lebih dari separuh dari seluruh penganut agama abrahamik. Sakral. tetapi tunggu, sakral bukanlah kata yang tepat untuk menafsirkan makna harfiah dari pohon ini. dan dia tidak menyimpan memori. lebih tepatnya dia menyimpan perjuangan mereka sewaktu mereka dengan darah, keringat, dan air mata mencoba untuk mempertahankan idealisme buta tentang tuhan. dan pohon ini juga menjadi saksi bisu kegagalan mereka. ironis memang jika kita melihat kepercayaan mereka. toh pada akhirnya tak ada yang membantu mereka menetapkan eksistensi mereka di dunia. termasuk tuhan mereka sendiri.

Sarkastik katamu? memang apa yang kau tahu? kamu hanyalah orang baru disini. maaf bung, aku bukan bermaksud untuk memaksakan kehendak maupun menyakiti hatimu. tetapi memang begitulah adanya. mereka hanyalah prototipe awal dari bentuk manusia sempurna. Kau bertanya apakah aku sudah sempurna? aku tidak dapat menjawab pertanyaan itu sobat. kita masih berevolusi. yang kutahu hanyalah dalam evolusi terdapat pakem bahwa yang lebih baik akan menggantikan yang lebih jelek. Homo sapiens akan terus berevolusi. dan sesuai takdir kita kelak : Evolusi memberi kita jam pasir yang selalu menghitung mundur. senja sebuah kehidupan semakin dekat. apakah nalarmu tidak menyadari bahwa kita harus mempersiapkan diri untu menghadapi perubahan jangka panjang tersebut.

Tenanglah. Aku tidak akan memaksakan kehendak untuk membuatmu membelokkan paham yang sekarang kau anut dan kau puja. toh setiap orang mempunya urusan masing-masing. yang kadang kadang terasa aneh dan absurd. bayangkan, demi sebuah cabang dari emosi manusia yang bernama cinta, seseorang dapat mencelakakan dirinya sendiri atau bahkan orang lain. lalu buat apa cinta ada? bukankah keharmonisan merupakan tujuan terakhir kita? Utopia kita bersama? maka dari itu kawan. lepaskan pengganjal otak dan biarkan imajinasimu mengalir liar. tiada batasan untuk benda non-materiil untuk bergerak. rasakn dirimu sesak dipenuhi ide-ide yang datang silih berganti.

Jadi, sudah siapkah kamu, sayang? kalau sudah, mari langkahkan kaki kanan kita ke depan. kemasi barang-barangmu dan bawa semua itu ke taman. bersiap-siaplah untuk berbaring telentang di atas hijau rerumputan. kita akan menghitung bintang yang ada seperti yang suka kita lakukan dulu. sewaktu disini masih hijau. sewaktu matahari masih menyorotkan sinarnya menembus tebal pucuk pohon yang menghalangi. sewaktu tempat ini masih menjadi impian semu para kaum teknokrat dunia.

Nikmatilah. Karena disinilah kita sekarang berada.

Minggu, 10 Mei 2009

Dream Theater - Space Dye Vest

Falling through pages of Martens on angels
Feeling my heart pull west
I saw the future dressed as a stranger
love in a space-dye vest

Love is an act of blood and I'm bleeding
a pool in the shape of a heart
Beauty projection in the reflection
Always the worst way to start

"But he's the sort who can't know
anyone intimately, least of all a
woman. He doesn't know what a woman
is. He wants you for a possession,
something to look at like a painting or an ivory box.
Something to own and to display. He doesn't want you to be real,
or to think or to live. He doesn't love you, but I love you.
I want you to have your own thoughts and ideas and feelings, even when
I hold you in my arms. It's our last chance... It's our last chance..."

Now that you're gone I'm trying to take it
Learning to swallow the rage
Found a new girl I think we can make it
as long as she stays on the page

This is not how I want it to end
And I'll never be open again

"...I was gonna move out...ummm...get,
get a job, get my own place, ummm,
but... I go into the mall where I
want to work and they tell me, I'm,
I was too young..."

"Some people, gave advice before,
about facing the facts, about
facing reality. And this is, this
without a doubt, is his biggest
challenge ever. He's going to have to face it.
You're gonna have to try, he's gonna to have to try and,
uh, and, and, and get some help here. I mean no one can
say they know how he feels."

"That, so they say that, in ya know
like, Houston or something, you'd
say it's a hundred and eighty degrees,
but it's a dry heat
. In Houston they say that?
Oh, maybe not. I'm all mixed up.
Dry until they hit the swimming pool."

"...I get up with the sun... Listen.
You have your own room to sleep in,
I don't care what you do. I don't
care when. That door gets locked,
that door gets locked at night by nine o'clock.
If you're not in this house by nine o'clock, then you'd better find some
place to sleep. Because you're not going to be a bum in this house.
Supper is ready..."

There's no one to take my blame
if they wanted to
There's nothing to keep me sane
and it's all the same to you
There's nowhere to set my aim
so I'm everywhere
Never come near me again
do you really think I need you

I'll never be open again, I could never be open again.
I'll never be open again, I could never be open again.

And I'll smile and I'll learn to pretend
And I'll never be open again
And I'll have no more dreams to defend
And I'll never be open again

Selasa, 05 Mei 2009

Phantom of the opera with his mask that covers one-half of his face. Just one half.

There were times when we were together.
Laughing,
Chatting,
Crying,
hugging,
Kissing,
All that good old times.

And there were times when we were apart.
Anger,
Selfishness,
Lies,
More lies,
Bad memories always struck us.

Maybe one day we'll be together again.
Chasing winds, running in a meadow,
maybe staring at the sunset or making out on the beach.
Where no one sees us.

Maybe there will be times that we are together again.
You and Me.
Live happily ever after.
At last.

but Unfortunately,
When that time comes, the next day will be doomsday.

So don't think about the future.
Our Future.
Or does one night, only one night, satisfy you to the fullest?
Make it faster if you don't want to be in a hurry.