Rabu, 12 Januari 2011

Corat-coret Di Kaki Langit #2

langit yang berangsur membiru mengantarkan penulis untuk kembali berpikir. ya, berpikir. sudah lama penulis tidak berpikir masak-masak sebelum menulis sesuatu. tulisan pagi ini adalah salah satu contoh dari hal yang jarang tersebut.

entah sudah berapa lama waktu berjalan dan sudah berapa posts terlewat sejak terakhir kali penulis menorehkan corat-coret di kaki langit. dan waktu sepanjang itulah yang dibutuhkan penulis untuk berpikir dan mencerna dunia, tentu dengan cara yang berbeda dengan coretan sebelumnya. dalam coretan penulis sebelumnya, ada satu teman penulis yang berkomentar bahwa coretan tersebut cukup bagus. tetapi seberapa bagus? apakah membuat tulisan yang bagus merupakan tujuan dari penulis? dalam coretan yang kedua ini sekiranya hal tersebutlah yang akan dibahas. seberapa baguskah "bagus" itu sendiri.

beberapa waktu ini penulis sedang begelut dengan anak hasil pemikirannya yang sedang dalam proses 'penyempurnaan' yang mempunyai tag cerita bersambung. cerita yang nantinya akan terdiri dari 13 bagian itu mungkin bisa jadi menunjukkan bentuk dan usaha penulis untuk membuat tulisan yang 'bagus'. tetapi sebenarnya 'bagus' itu apa sih? apakah 'bagus' itu 'tidak jelek'? apa 'bagus' berarti lebih baik? bagaimana jika sebenarnya penulis ingin membuat sesuatu yang 'jelek' tapi malah dicap sebagai 'bagus'? yah, hidup itu memang terkadang kontradiktif.

jika kita melihat lukisan mona lisa atau karya-karya Da Vinci lainnya, tentu sebagian dari kita akan beranggapan bahwa lukisan tersebut bagus. malah mungkin sangat bagus bagi sebagian orang. lalu kita disodorkan musik klasik seperti karya-karya Niccolo Paganini, tentu kita juga akan berpendapat bahwa komposisi musik tersebut adalah musik yang bagus. jadi, 'bagus' itu adalah 'keindahan'.

pada kesempatan lainnya kita disuguhkan karya-karya pop art semacam Andy Warhol atau Man Ray, yang merupakan breakthrough pada zamannya. lalu kita disuruh mendengarkan musik-musik macam Radiohead atau mungkin Bjork. kita akan menganggap bahwa hal-hal tersebut adalah hal yang bagus. mereka berpikir dan berkarya dengan cara keluar dari batasan-batasan yang ada. keluar dari tatanan baku yang terkonstruksi. maka, 'bagus' itu adalah 'kreatifitas'.

keindahan dan kreatifitas yang menjadi standar untuk 'bagus' tidak mempunyai batasan. ada orang yang menganggap bahwa kekerasan itu indah. ada juga yang berpikiran bahwa kehancuran adalah kreatifitas. banyak pula yang berpendapat bahwa kebohongan, kecurigaan, kepandaian, kemiskinan, kekayaan, kematian, ketiadaan, sampai kenikmatan adalah sesuatu yang bagus dan kreatif.

sampai titik inilah penulis menyadari bahwa yang dia cari bukanlah 'bagus'. 

penulis mencoba melihat lebih jauh. lebih tinggi.

penulis tidak membuat kata-kata yang mempunyai rima. penulis tidak pula menyusun kata-kata yang bermakna. dia tidak mencoba membuat keindahan. dia tidak membuat sesuatu yang kreatif. dia juga tidak mencoba berpiikir keluar jalur. dia tidak menjadi kreatif. hal-hal tersebut sangat manusiawi. penulis ingin keluar dari garis-garis yang disebut manusia dan kemanusiaan. tinggi, lebih tinggi lagi daripada manusia.

tuhan. apakah penulis berbicara tentang tuhan? apakah dia ingin menjadi tuhan?

tidak. keluar dari kemanusiaan dan mencoba memasuki alam ketuhanan? hal tersebut terlalu kuno

penulis ingin menjadi penulis. dia keluar dari 'manusia', 'kemanusiaan', 'ketuhanan', dan lainnya. hanya menjadi penulis. tanpa mempedulikan 'bagus' karena hal tersebut sangat manusia, dan juga tidak memberi kemampuan menilai sesuatu menjadi 'bagus' karena itu sangat tuhan. 

manusia adalah manusia. tuhan adalah tuhan. penulis adalah penulis.

Tidak ada komentar: