Kereta ekonomi melaju 100 km/h dan angin menyuruh saya menyalakan rokok.
Penjual jenang berteriak pilu dan memaksa saya berdecak kesal.
Argo Bromo menjerit dan Keheningan saya terpecah.
Malam berputar, otak mulai kram.
Stasiun Gombong menyapa saya dan saya balik tersenyum.
Siapa itu di dalam toilet? apakah sudah boleh masuk?
Abu rokok melayang-layang membuat saya tidak tenggelam.
Malam berputar, kepala berangsur mendingin.
Bukit berbaris tersapu kabut, angin surut menentang lokomotif.
Badan tertahan, kaki terjerat, mata melayang.
Dingin bukan musuh, kebosanan bukan oposisi.
Lima menit sangat berarti, Kiaracondong melambai penuh arti.
Saya termasuk dalam 106 nyawa di gerbong ini.
Berusaha keluar, berusaha masuk, berusaha bertahan.
Larut selarut-larutnya dalam euphoria urbanisasi.
Yogyakarta-Bandung, 11 jam berbumbu imajinasi.
Sabtu, 06 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar