Jumat, 08 Januari 2010

Aku bermimpi tentang air hujan

suara langkah kaki menggetarkan lantai. satu, dua, tiga, hmm mungkin sekitar lima orang sedang berjalan dengan cepat. terburu-buru, suara nafas beradu cepat dengan detak jantung, layaknya ada sebuah kekuatan besar yang tak terlihat sedang mengejar. mereka semua sebenarnya bingung dan pusing. Apa sebenarnya yang mengejar mereka? apa yang mengejar mereka? biarpun itu sebenarnya hal yang mudah untuk dicari tahu tetapi mereka tidak punya sedikitpun keberanian untuk menoleh ke belakang walau hanya sebentar saja. satu hal yang sudah pasti mereka tahu adalah salah seorang teman mereka telah mati dimangsa oleh kekuatan yang tak terlihat tersebut. ketakutan akan mati memang membuat mereka takut tetapi ketakutan akan tidak bisa menolong teman mereka untuk lolos dari kematian itu yang membuat mereka semakin takut. keputus-asaan. despair. desperation. sebuah kata yang sangat indah.

aku berdiri di bawah naungan sebuah halte bus yang sepi. sekarang sudah tengah malam. titik-titik hujan yang dingin mengalir melalui tengkukku dan itu rasanya sangat tidak enak. di sini aku menunggu temanku untuk menjemputku dan membawaku pergi ke tempat yang disebutnya utopia. sejujurnya aku malas untuk bergabung bersamanya karena aku sudah menemukan utopiaku sendiri. tetapi, aku masih menyandang gelar SAHABAT baginya. jelas tidak mungkin aku meninggalkan dia sendiri untuk menikmati utopianya. suara rintik air hujan yang mengenai atap halte ini mengingatkanku sedikit akan kehidupan lamaku. sebuah dunia tanpa sosialisasi, sebuah dunia tanpa sahabat, sebuah dunia tanpa orang lain, sebuah dunia tanpa ada apapun selain aku sendiri. masa-masa tersebut sangat indah.

lima orang tadi akhirnya menemukan pintu keluarnya tepat di depan mereka. secercah harapan mereka temukan. akhirnya mereka percaya bahwa Pandora masih menyisakan harapan di dalam kotaknya saat dia melepaskan semua keburukan dan mara bahaya ke bumi.

dia akhirnya sampai juga di halte. entah mengapa aku merasa lega. ini bukan diriku yang sebenarnya. tapi, yah, aku menyukainya. jika ini semua hanyalah mimpi aku tidak akan keberatan. sekedar menyegarkan pikiran dari dunia nyata memang sangat menyenangkan.

Tidak ada komentar: