Selasa, 19 Mei 2009

Lalu Lintas Padat Penuh Harapan Kosong

Hey, aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Kau orang baru? Kalau begitu sini.. Aku akan menunjukkan daerah sekitar. Kau tahu, aku sudah lama sekali disini. Dulu pepohonan terasa indah dan menyejukkan. Sinar matahari secara tepat menyorotkan sedikit dari anugerahnya kepada seluruh makhluk hidup disini. Tiada yang salah maupun benar. Keharmonisan nyata terasa sangat absolut. Suara tangisan sama langkanya dengan permata ataupun intan biarpun hakikat mereka sangat berlawanan. Udara putih bersih menggantung stabil pada atmosfir. Andai kamu datang lebih cepat. Sudah barang tentu kau akan merasakan utopia masyarakat yang sehari-harinya berkutat dan bergulat dengan tangan-tangan panjang kapitalisme.

Mari ikut aku. kita berteduh di bawah pohon yang menyimpan memori lebih dari separuh dari seluruh penganut agama abrahamik. Sakral. tetapi tunggu, sakral bukanlah kata yang tepat untuk menafsirkan makna harfiah dari pohon ini. dan dia tidak menyimpan memori. lebih tepatnya dia menyimpan perjuangan mereka sewaktu mereka dengan darah, keringat, dan air mata mencoba untuk mempertahankan idealisme buta tentang tuhan. dan pohon ini juga menjadi saksi bisu kegagalan mereka. ironis memang jika kita melihat kepercayaan mereka. toh pada akhirnya tak ada yang membantu mereka menetapkan eksistensi mereka di dunia. termasuk tuhan mereka sendiri.

Sarkastik katamu? memang apa yang kau tahu? kamu hanyalah orang baru disini. maaf bung, aku bukan bermaksud untuk memaksakan kehendak maupun menyakiti hatimu. tetapi memang begitulah adanya. mereka hanyalah prototipe awal dari bentuk manusia sempurna. Kau bertanya apakah aku sudah sempurna? aku tidak dapat menjawab pertanyaan itu sobat. kita masih berevolusi. yang kutahu hanyalah dalam evolusi terdapat pakem bahwa yang lebih baik akan menggantikan yang lebih jelek. Homo sapiens akan terus berevolusi. dan sesuai takdir kita kelak : Evolusi memberi kita jam pasir yang selalu menghitung mundur. senja sebuah kehidupan semakin dekat. apakah nalarmu tidak menyadari bahwa kita harus mempersiapkan diri untu menghadapi perubahan jangka panjang tersebut.

Tenanglah. Aku tidak akan memaksakan kehendak untuk membuatmu membelokkan paham yang sekarang kau anut dan kau puja. toh setiap orang mempunya urusan masing-masing. yang kadang kadang terasa aneh dan absurd. bayangkan, demi sebuah cabang dari emosi manusia yang bernama cinta, seseorang dapat mencelakakan dirinya sendiri atau bahkan orang lain. lalu buat apa cinta ada? bukankah keharmonisan merupakan tujuan terakhir kita? Utopia kita bersama? maka dari itu kawan. lepaskan pengganjal otak dan biarkan imajinasimu mengalir liar. tiada batasan untuk benda non-materiil untuk bergerak. rasakn dirimu sesak dipenuhi ide-ide yang datang silih berganti.

Jadi, sudah siapkah kamu, sayang? kalau sudah, mari langkahkan kaki kanan kita ke depan. kemasi barang-barangmu dan bawa semua itu ke taman. bersiap-siaplah untuk berbaring telentang di atas hijau rerumputan. kita akan menghitung bintang yang ada seperti yang suka kita lakukan dulu. sewaktu disini masih hijau. sewaktu matahari masih menyorotkan sinarnya menembus tebal pucuk pohon yang menghalangi. sewaktu tempat ini masih menjadi impian semu para kaum teknokrat dunia.

Nikmatilah. Karena disinilah kita sekarang berada.

1 komentar:

Keisha Carynda mengatakan...

hmm, ada beberapa istilah yang tidak begitu familiar, agak berat buat gue cerna..
but is this about the way of atheism?